Cara Menyikapi Kandidat yang Tidak Sopan Saat Cari Kerja

Redaksi KitaLulus
Redaksi KitaLulus merupakan content writer dan editor profesional yang mengelola konten artikel di KitaLulus.
cara menyikapi kandidat tidak sopan
Cara Menyikapi Kandidat yang Tidak Sopan Saat Cari Kerja

Salah satu tantangan yang kerap dialami HR adalah ketika harus menghadapi para pelamar yang tidak memiliki attitude saat mencari kerja. Padahal, attitude atau sopan santun menjadi salah satu kriteria untuk menilai calon kandidat di samping memerhatikan kemampuan teknisnya.

Jika sudah begini, maka sebagai HR pastinya Anda harus mempelajari bagaimana cara menyikapi kandidat tidak sopan agar tidak salah merekrut karyawan.

Contoh Perilaku Tidak Sopan Kandidat yang Sering Ditemui Saat Proses Rekrutmen

Saat mencari karyawan, Anda harus bisa mengenali seperti apa perilaku kandidat yang perlu dikasih red flag. Bila Anda menemukan kandidat seperti berikut ini, ada baiknya Anda segera mengambil suatu tindakan.

  • Langsung menanyakan gaji pada postingan lowongan yang di-upload HR.
  • HR mengajak interview tapi kandidat justru sudah menanyakan cuti.
  • Menganggap HR gila hormat ketika ditegur.
  • Saat phone screening atau interview kandidat selalu memotong pembicaraan.

Tentu ini hanyalah contoh kecil dari perilaku tidak sopan para kandidat. Di luar sana, bisa saja ada perilaku yang lebih tidak sopan dari ini. Jika Anda sudah menemukan gelagat kandidat tidak sopan, segera sadari dan ambil tindakan.

Mengapa Kandidat Tidak Sopan?

Mengapa Kandidat Tidak Sopan

Pasti Anda bertanya-tanya mengapa kandidat tidak sopan, bukankah mereka sangat ingin dapat kerja? Ternyata, perilaku tersebut bisa didorong dari beberapa faktor berikut ini:

  • Faktor pendidikan kandidat. Seperti yang kita tahu, pendidikan akan membentuk pola pikir serta perilaku seseorang.
  • Masih menganggap bekerja adalah “menjadi kuli” atau “budak pesuruh”. Anggapan ini membuat pencari kerja berperilaku sembarangan dan tidak bisa menjaga sikapnya.
  • Belum punya pengalaman kerja di lingkungan formal. Bagi kandidat yang sebelumnya bekerja di lingkungan non-formal, kebiasaan mereka bisa saja terbawa ketika mereka mencoba melamar di lingkungan formal.
  • Kandidat merasa sudah punya jabatan tinggi dan keahlian yang mumpuni sehingga beranggapan bahwa perusahaan lah yang membutuhkannya, bukan sebaliknya.
  • Keterbatasan akses untuk mengetahui seperti apa budaya kerja di lingkungan formal.

Baca juga: Wajib Tahu! Begini Cara Menolak Pelamar Kerja Secara Halus

Cara Menyikapi Kandidat Tidak Sopan

Bertemu para pelamar kerja yang tidak sopan memang kadang menjengkelkan. Tapi, sebagai HR Anda bisa menyikapinya dengan beberapa cara berikut.

1. Mengerti Asal Sikap Buruknya Datang

Sebelum men-judge, ada baiknya cari tahu dulu asal mula dari perilaku tidak sopan tersebut. Apakah memang sudah terpupuk sejak dulu dari pengalaman bekerja yang sudah-sudah. Atau memang karena kandidat tersebut kurang edukasi.

Bila kurang edukasi, Anda bisa menjelaskan secara pelan-pelan kepada mereka. Namun, bila ini adalah perilaku yang sudah berakar dan kandidat sudah ada catatan buruk dari pengalaman-pengalamannya sebelumnya, lebih baik Anda mengambil tindakan untuk tidak melanjutkan proses rekrutmen.

2. Gunakan Peraturan dan Regulasi Perusahaan untuk Menilai

Setiap perusahaan pastinya punya regulasi dan aturan yang salah satunya mengatur bagaimana cara bersikap agar suasana kerja kondusif dan produktif. Nah, peraturan ini juga bisa jadi cara menyikapi kandidat yang tidak sopan.

Cobalah lihat peraturan perusahaan, kira-kira apakah kandidat ini bisa menimbulkan masalah dan menjadi trouble maker di perusahaan.

Bila ternyata Anda melihat bahwa sikap kandidat ini tidak sesuai dengan peraturan dan regulasi kandidat, segera pasang red flag dan tidak perlu lagi melanjutkan proses rekrutmen.

3. Langsung Abaikan Saja

Cara menyikapi kandidat tidak sopan satu ini mungkin terbilang tega. Tapi, cara inilah yang banyak dilakukan praktisi HR ketika sudah menemukan gelagat tidak sopan dari seorang kandidat.

Banyak HR yang tidak mau ambil pusing dan langsung mengabaikan kandidat seperti itu. Biasanya mereka akan langsung mengirimkan pesan bahwa perusahaan tidak melanjutkan proses rekrutmen.

Hal ini dapat Anda lakukan bila perilaku tidak sopan tersebut sudah tidak lagi bisa ditolerir.

Pentingnya Melihat Attitude Kandidat Saat Rekrutmen

Pentingnya Melihat Attitude Kandidat Saat Rekrutmen

Banyak HR yang menganggap bahwa kandidat berkualitas itu dapat dilihat dari kemampuan dan penguasaan teknisnya. Anggapan itu tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar.

Kita memang harus lihat seberapa dalam kemampuan teknis yang dikuasai oleh kandidat, tapi kita juga tidak boleh mengabaikan attitude-nya. Hire for attitude juga sangat penting, karena ini akan membantu mereka nantinya saat menemukan hambatan dan membuat mereka tetap termotivasi.

Karyawan dengan attitude baik akan meningkatkan efisiensi komunikasi dan mencapai kerja tim yang lebih baik, sehingga hasilnya berdampak pada pertumbuhan perusahaan ke arah positif.

Dilansir dari Employa, karyawan yang berpengalaman dan punya keterampilan namun memiliki sikap buruk cenderung gagal lebih cepat dibanding mereka yang tidak berpengalaman namun punya sikap lebih baik.

Selain itu, data statistik dari LeadershipIQ menunjukkan bahwa 89% karyawan kehilangan pekerjaan karena sesuatu yang melibatkan sikap karyawan (motivasi yang buruk, kurangnya kemauan, atau temperamen yang buruk). Di sisi lain, hanya 11% karyawan yang dipecat karena ketidakmampuan teknis.

Jadi, mempekerjakan karyawan yang tidak sopan dan punya kepribadian buruk hanya akan menciptakan toxic culture dan dari sini akan menghambat perusahaan untuk mendapatkan top talent.

Baca Juga: Manfaat Rekrutmen Berbasis Data untuk Dapatkan Kandidat Terbaik

Cara Menghindari Kandidat yang Kurang Berkualitas

Menurut sebuah riset dari Gallup Research, setidaknya perusahaan dirugikan sebesar 16 ribu dolar karena merekrut kandidat yang tidak berkualitas. Tentu ini bukanlah angka yang sedikit. Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari kerugian ini?

1. Lakukan Standarisasi Proses Wawancara

Pada tahap pra-rekrutmen, pastikan Anda membuat standarisasi proses wawancara. Ini penting karena berdasarkan laporan berjudul “The True Cost of a Bad Hire” proses wawancara yang buruk akan menciptakan inkonsistensi dalam tahap evaluasi kandidat.

Maka dari itu, Anda harus menyelaraskan proses wawancara sehingga dapat mencegah kandidat kurang berkualitas terpilih.

Berikut ini yang bisa Anda lakukan dalam tahap awal wawancara:

Sebelum wawancara:

  • Cobalah riset dan periksa latar belakang kandidat secara menyeluruh. Periksalah jejak media sosialnya dan hubungi referensi kandidat.
  • Diskusikan dengan manajer HR berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengisi suatu lowongan.
  • Tetapkan syarat keterampilan, pengalaman, dan nilai-nilai yang diperlukan. Hal ini akan memberikan Anda gambaran kandidat seperti apa yang ideal.

Selama wawancara:

  • Untuk posisi manajerial senior, tidak ada salahnya memasukkan tes kepribadian untuk menilai soft skill dan kepribadian kandidat.
  • Untuk posisi administrasi, coba masukkan tes penilaian kinerja untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
  • Buatlah checklist standar yang berisi pertanyaan untuk semua posisi dengan kualifikasi utama sehingga Anda bisa mengetahui apa yang Anda cari.

2. Hanya Pilih Kandidat yang Tepat

Tentunya saat proses wawancara, ada beberapa kandidat yang dapat meyakinkan Anda, baik dari CV nya, keterampilannya, maupun kepribadiannya. Namun, setelah 3 bulan pertama atau masa probation Anda menyadari bahwa mereka kurang tepat untuk mengisi posisi tersebut.

Hal ini bisa terjadi karena karyawan baru tidak mau mendengarkan saran, tidak mampu mengontrol emosi, memiliki temperamen yang tidak cocok untuk pekerjaan tersebut, atau tidak memiliki motivasi untuk lebih unggul.

Bila Anda menemukan beberapa ciri tersebut pada karyawan yang baru direkrut, lakukan hal-hal di bawah ini:

  • Cobalah sepakati target dan tujuan kerja yang masuk akal.
  • Berikan motivasi kepada mereka.
  • Lakukan evaluasi kinerja untuk mengkomunikasikan keberhasilan dan kegagalan mereka.
  • Berikan pelatihan yang berkelanjutan.

3. Manfaatkan Teknologi dalam Proses Rekrutmen

Ini adalah cara efektif dan efisien untuk menghindari Anda merekrut karyawan yang tidak sopan atau kurang berkualitas. Saat ini, sudah banyak teknologi yang bisa membantu pekerjaan HR, termasuk juga merekrut karyawan.

Dengan bantuan teknologi rekrutmen, HR tidak lagi perlu menghabiskan banyak waktu hanya untuk memfilter kandidat. Semua bisa diselesaikan dengan cepat dan tepat. Tentunya ini juga akan menghemat hiring cost perusahaan.

Salah satu teknologi HR untuk membantu perekrutan adalah Premium Recruitment dari KitaLulus. Di sini, HR dapat menyeleksi kandidat sesuai kebutuhan perusahaan dengan sangat mudah. Hal ini karena Premium Recruitment KitaLulus sudah dilengkapi asisten AI yang akan melakukan filter berdasarkan kualifikasi yang paling cocok.

Nantinya, kandidat yang tidak sesuai kriteria akan terdiskualifikasi secara otomatis. Jadi, HR tidak lagi perlu pusing melakukan pengecekan secara manual. Segera gabung sekarang juga bersama KitaLulus!

Bagikan Artikel Ini:
Bagikan Artikel Ini: Share Tweet
To top
webinar gen z