Tren Flexing di Media Sosial: Apa Itu, Penyebab, dan Cara Menyikapinya

Nisa Maulan Shofa
Penulis profesional sejak tahun 2017. Berspesialisasi dalam penulisan di bidang karir dan seputar dunia kerja.
flexing adalah
Tren Flexing di Media Sosial: Apa Itu, Penyebab, dan Cara Menyikapinya

Flexing adalah fenomena yang marak terjadi di dunia maya. Fenomena ini menimbulkan respons pro dan kontra di masyarakat. Ada yang menganggap flexing sebagai hal negatif akibat kemajuan teknologi, namun ada pula yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Namun, sebenarnya seperti apa fenomena flexing ini terjadi? Apa penyebab seseorang melakukan flexing? Dan bagaimana cara menyikapinya?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, KitaLulus sudah merangkum informasinya buat kamu. Simak hingga akhir, ya!

Apa Itu Flexing?

Apa itu flexing dalam bahasa gaul? Secara sederhana, flexing artinya pamer. Tidak hanya tentang kekayaan, tetapi juga bisa tentang berbagai pencapaian. Jika dilihat secara harfiah saja, flexing memang seperti hal yang negatif untuk dilakukan karena memiliki sifat menyombongkan sesuatu.

Dalam kamus Cambridge juga disebutkan bahwa flexing adalah suatu tindakan untuk menunjukkan sesuatu yang dimiliki, tetapi dengan cara yang dianggap orang lain tak menyenangkan.

Contoh flexing dalam kehidupan sehari-hari yaitu ketika seseorang memamerkan HP keluaran terbaru, sepatu dari desainer ternama, atau barang mewah lainnya di media sosial.

Penyebab Flexing

penyebab flexing

Sebenarnya tak ada yang salah dengan menunjukkan apa yang kita miliki kepada orang lain. Hanya saja yang kurang tepat adalah ketika kita menunjukkannya dengan cara berlebihan bahkan dengan cara kurang menyenangkan. Nah, inilah yang tidak disukai orang-orang dari perilaku flexing.

Lalu, mengapa seseorang melakukan flexing jika dia sadar hal itu mengganggu orang di sekitarnya?

Ada beberapa tujuan flexing yang dilakukan seseorang, seperti menumbuhkan rasa percaya diri dengan membuktikan kepada orang lain tentang hal-hal yang dimiliki. Dari sana, orang tersebut merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain.

Tujuan flexing tersebut kemudian berkaitan dengan alasan mengapa orang lain melakukan flexing. Salah satu penyebab flexing adalah rasa insecure di mana orang lain ingin menonjolkan dirinya dan tidak ingin diremehkan.

Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasannya.flexing.

1. Rasa Insecure

Flexing adalah perilaku yang kerap dikaitkan dengan orang kaya baru atau OKB karena kebanyakan pelakunya pasti akan memamerkan harta kekayaannya. Banyak orang berpendapat bahwa old money atau seseorang yang memang sudah kaya sejak dulu tidak akan memamerkan harta yang dimiliki.

Secara psikologis, jika seseorang baru memiliki hal yang sejak lama diidamkan memang akan cenderung memamerkannya kepada orang lain. Cara memamerkannya apakah seperlunya atau berlebihan, tergantung pada pribadi seseorang.

Nah, jika seseorang merasa dia selalu diremehkan ketika tidak memiliki kekayaan, maka dia cenderung akan berlebihan memamerkan kekayaan. Perilaku tersebut seakan merupakan balas dendam dari masa terdahulunya. Dengan kekayaan yang dimiliki tersebut seakan dia memiliki power dan flexing adalah tameng untuk merasa secure.

2. Mencari Perhatian

Pelaku flexing kerap kali sadar bahwa yang dia lakukan itu menjengkelkan. Namun, dia tidak peduli karena tujuan dia pamer memang untuk mencari perhatian. Maka, semakin banyak orang yang merespons perilakunya, dia akan semakin senang dan puas.

3. Mencari Validasi

Berbeda dengan seseorang yang merasa insecure sehingga harus memamerkan kekayaannya supaya tidak diremehkan lagi, penyebab flexing yang ketiga ini tidak demikian.

Orang tersebut hanya mencari validasi. Sebab, dia tidak pernah puas dengan kemampuannya kecuali ada respons dari orang lain. Dia membutuhkan penilaian orang lain terhadap apa yang dimilikinya.

4. Tekanan Sosial

Flexing adalah perilaku yang kebanyakan terjadi di kota-kota besar. Ini terjadi karena lingkungan sana memang serupa. Penuh dengan pencapaian besar. Jadi, justru aneh ketika seseorang tidak memamerkan sesuatu.

Namun, flexing mungkin wajar di lingkungan tersebut. Yang kemudian menjadi hal heboh adalah ketika perilaku flexing tetap dilakukan di luar lingkungan itu.

5. Kurang Berempati

Terkadang, seseorang tidak membutuhkan alasan untuk memamerkan hal-hal yang dia miliki, kecuali ingin pamer saja. Dia tidak paham bahwa dari perilakunya tersebut akan menimbulkan kesenjangan sosial di sekitarnya.

Pasalnya, orang-orang yang demikian pasti tidak memiliki empati untuk menempatkan dirinya di posisi orang lain yang merasa jengkel dengan perilakunya tersebut.

Dampak Negatif Flexing

Kemajuan teknologi memang memberikan dampak positif bagi banyak aspek. Namun, tak jarang hal tersebut juga memberikan dampak negatif, seperti halnya fenomena flexing ini.

Dengan adanya media sosial, seseorang akan lebih mudah memamerkan kekayaannya, yang mana itu bisa membuat orang lain mungkin merasa tertinggal tren atau FOMO (fear of missing out).

Akibatnya, seseorang bisa saja memaksakan kehendak dan melakukan kejahatan misalnya mencuri untuk bisa mendapatkan sesuatu demi mengikuti tren konten flexing.

Selain itu, berbagai dampak negatif flexing adalah:

  • Sulit membedakan teman yang tulus atau yang hanya ingin memanfaatkan kekayaan kamu saja
  • Semakin mengganggu kepribadian dan semakin ingin terus mendapatkan perhatian

Baca juga: Pengertian Mental Block, Penyebab, Ciri, Cara Mengatasinya

Contoh Flexing sebagai Strategi Marketing

Contoh Flexing sebagai Strategi Marketing

Tahukah kamu bahwa flexing adalah fenomena yangjuga kerap kali dijadikan untuk strategi marketing? Flexing marketing adalah suatu strategi yang dilakukan dengan memamerkan hasil yang didapat jika bergabung atau memakai produk dari suatu brand

Biasanya, strategi ini akan memainkan suatu kesenjangan sosial dan sisi psikologi customer. Tahu ungkapan tentang “rumput tetangga akan selalu tampak lebih hijau”? Dari sifat tersebut, strategi marketing ini akan mudah untuk diterapkan.

Untuk memahami flexing sebagai strategi marketing, kamu bisa menyimak beberapa contohnya berikut.

1. Strategi Marketing Produk Kecantikan

Hasil dari produk kecantikan biasanya kulit yang cantik, halus, dan mulus. Jika seseorang memiliki kulit demikian, penampilannya akan tersorot.

Kamu pernah melihat iklan seorang perempuan cantik dengan kulit mulus bersinar berjalan berdampingan dengan perempuan berkulit kusam, kan? Perempuan berkulit mulus bersinar lebih tersorot ketika berjalan dan banyak orang-orang di sekitarnya terpesona.

Perspektif ini digunakan oleh orang-orang marketing untuk memasarkan produknya. Siapa saja yang menggunakan produk tersebut akan mendapatkan kulit demikian dan menjadi perhatian.

Titik poinnya bukan tentang kulit yang sehat, tetapi kamu akan bisa memamerkan diri kamu dan membuat orang lain yang tidak memiliki kulit demikian merasa iri.

2. Strategi Marketing Produk Investasi

Strategi marketing pada produk investasi mungkin akan jauh terasa relate pada fenomena flexing. Sistem promosi pada beberapa produk ini akan menonjolkan tentang seseorang yang bisa membeli semua barang mahal dari keuntungan investasi yang dilakukan.

Jika contoh flexing pada strategi produk kecantikan menggunakan video iklan, kerap kali pada produk investasi akan menggunakan influencer yang memamerkan kekayaannya. Dengan begitu terasa lebih nyata dan mudah untuk menggaet orang agar ikut melakukan investasi.

Cara Menyikapi Flexing

Tidak perlu merasa iri dengan seseorang yang suka pamer kekayaannya. Kamu bisa menerapkan pemikiran bahwa setiap orang memiliki porsi masing-masing untuk menjalani hidup. Kamu juga bisa menerapkan cara berikut untuk menyikapi flexing.

  1. Ketahui bahwa setiap orang memiliki waktu untuk sukses atau mendapatkan pencapaian.
  2. Lakukan filter media sosial, sorot konten yang hanya akan membuat kamu tenang dan terhidup saja.
  3. Kerjakan hal yang memang kamu kuasai, jangan tergerus tren dengan terjebak pada investasi yang diiming-imingi keuntungan tinggi dari konten-konten flexing.
  4. Fokus pada apa yang kamu kerjakan dan ingin kamu capai, bukan pada pencapaian orang lain. Jadikan itu sebagai motivasi.
  5. Tanamkan dalam pikiran bahwa pencapaian kamu bisa kamu rasakan meskipun tanpa validasi orang lain.

Baca Juga: 12 Tips Menabung Buat yang Gajinya Pas-Pasan, Tetap Bisa Senang-Senang Kok!

Itulah hal-hal tentang flexing yang bisa kita pelajari bersama. Dengan adanya artikel ini, semoga kamu bisa lebih bijak dalam menggunakan sosial media agar tidak terkena dampak flexing.

Simak terus blog KitaLulus untuk mendapatkan informasi menarik lainnya seputar gaya hidup, ya! Install juga aplikasinya supaya kamu bisa melamar kerja impian dengan lebih mudah dan aman!

Bagikan Artikel Ini:
Bagikan Artikel Ini: Share Tweet
To top