Hustle Culture Adalah Budaya Gila Kerja, Ini Cara Atasinya

Putri Prima
Lulusan Ilmu Komunikasi yang mendalami dunia content writing, khususnya di bidang karir dan bisnis.
hustle culture adalah
Hustle Culture Adalah Budaya Gila Kerja, Ini Cara Atasinya

Hustle culture adalah budaya kerja yang kini tengah tren di kalangan generasi milenial dan gen Z. Orang-orang yang menerapkan budaya kerja ini tak jarang menganggap dirinya keren karena telah bekerja keras.

Namun, sadarkah kamu bahwa hustle culture ini sebenernya bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan, lho! Mengapa demikian? Simak penjelasan lengkapnya berikut.

Apa Itu Hustle Culture?

Apa itu hustle culture

Hustle culture adalah budaya kerja yang mendorong seseorang untuk bekerja terus menerus tanpa henti. Istilah lainnya yaitu workaholism.

Selain itu, hustle culture adalah standar di masyarakat yang menganggap bahwa seseorang bisa sukses jika mendedikasikan hidupnya untuk bekerja keras hingga menempatkan pekerjaan sebagai prioritas utama di atas segalanya.

Fenomena budaya hustle sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 1971 oleh Wayne Oates dalam bukunya berjudul Confessions of a Workaholic: the Facts About Work Addiction.

Budaya hustle membuat seseorang yang menjalaninya tidak punya batasan antara kehidupan profesional dan pribadi. Hasilnya, memang sukses dan produktif yang didapatkan, tapi kesehatan fisik dan mental justru terabaikan. Kamu tidak mau kan, jadi orang kaya tapi sering masuk rumah sakit?

Dampak Hustle Culture

Sudah banyak studi yang menerangkan bahwa hustle culture adalah gaya hidup yang berdampak buruk bagi para pekerja. Seperti salah satu studi yang diterbitkan oleh Occupational Medicine yang mengatakan bahwa orang yang bekerja lebih lama sangat mungkin mengalami kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan tidur.

Dampak hustle culture sendiri terjadi di berbagai negara, misalnya saja di Amerika Serikat, di mana berdasarkan data Forbes, 55% pekerja di US merasa tertekan oleh pekerjaan.  

Sementara itu, dari Mental Health Foundation, UK, di Inggris terdapat 14,7% pekerja yang mengalami gangguan kesehatan mental disebabkan oleh pekerjaan.

Lalu di negara Asia seperti Jepang, jumlah pekerja yang menderita penyakit jantung stroke dan gangguan mental meningkat hingga tiga kali lipat karena kelelahan bekerja.

Bagaimana dengan Indonesia? Di negara kita tercinta ini, 1 dari 3 pekerja menderita gangguan kesehatan mental karena jam kerja yang berlebihan.

Ada beberapa dampak buruk lainnya yang disebabkan dari budaya hustle, antara lain:

  • Stres berlebihan
  • Burnout
  • Terkena penyakit fisik yang mengurangi kualitas hidup
  • Tidak punya waktu untuk kehidupan pribadi‍

Baca juga: Begini Ciri Lingkungan Kerja Toxic dan Cara Mengatasinya

Penyebab Hustle Culture

Penyebab hustle culture

Budaya hustle membuat seseorang terlalu berusaha keras untuk bekerja demi mencapai tujuan. Bekerja keras demi menggapai suatu impian memang baik, namun jika dilakukan secara berlebihan hal tersebut justru merugikan kamu sendiri.

Ada beberapa penyebab hustle culture, di antaranya sebagai berikut:

1. Munculnya Toxic Positivity dari Sekitar

Salah satu penyebab hustle culture adalah munculnya toxic positivity dari lingkungan sekitar.

Toxic positivity adalah keinginan untuk mempertahankan asumsi positif bahkan dalam situasi stres. Anggapan ini sering datang dari perkataan orang-orang sekitar. Kita dipaksa untuk menjadi kuat dan selalu bersemangat, meski dalam keadaan lelah.

Contoh kalimat toxic positivity adalah “Kalau capek itu pasti, namanya juga kerja” atau “Kalau bilang cape mulu, kapan suksesnya?”

2. Teknologi yang Semakin Canggih

Tidak selalu berdampak positif, perkembangan teknologi juga bisa membawa dampak negatif, salah satunya dengan menyebarnya budaya hustle. Mengapa demikian? Teknologi membuat kita bisa bekerja di mana saja dan kapan saja. 

Kamu dapat dengan mudah mengirim dan membalas email melalui smartphone, merencanakan virtual meeting dengan orang yang ada di benua lain dengan internet. Tanpa kita sadari, kemudahan dalam bekerja ini membuat kita terus bekerja dan bekerja.

3. Adanya Konstruksi Sosial

Penyebab lain dari hustle culture adalah adanya konstruksi sosial. Tidak bisa disangkal, masih banyak dari kita yang beranggapan bahwa sukses hanya bisa diraih dengan bekerja terus menerus.

Karena ketika kita bekerja terus menerus, kita bisa mendapatkan banyak uang dan mendapatkan karier cemerlang. Padahal, hal tersebut tidak selalu demikian.

Baca juga: Mengenal Quiet Quitting, Mengapa Fenomena Ini Terjadi?

Ciri-ciri Hustle Culture

Faktanya, kita sering tidak sadar bahwa sebenarnya kita sudah masuk dalam budaya hustle. Nah, untuk tahu apakah kamu termasuk hustlers atau bukan, perhatikan ciri-ciri hustle culture berikut.

  • Pikirannya selalu memikirkan pekerjaan hingga ia tidak punya waktu santai.
  • Merasa dirinya bersalah bila beristirahat, bukannya bekerja.
  • Memasang target yang tidak realistis terhadap pekerjaanya.
  • Sering mengalami burnout atau merasa kelelahan bekerja.
  • Tidak pernah merasa puas dengan hasil kerjanya.

Cara Mengatasi Hustle Culture

Cara mengatasi hustle culture

Bekerja keras memang baik, namun jangan sampai kamu mengabaikan kesehatan dan kehidupan sosial. Agar kamu tidak terjebak dalam budaya hustle, berikut ini beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menghindarinya.

1. Tidak Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Salah satu sumber yang membuat kamu insecure dan menciptakan hustle culture adalah kamu selalu membandingkan pencapaian orang. Membandingkan diri dengan orang lain sebenarnya tidak sepenuhnya salah, karena ini bisa memotivasi diri untuk lebih baik lagi. 

Namun, jangan sampai pencapaian diri yang didapat orang lain menjadi beban bahwa kamu tidak boleh kalah dari orang tersebut. Semua orang memiliki jalannya masing-masing, jangan pernah takut.

2. Coba Temukan Hobi Di Luar Pekerjaan

Cara menghindari hustle culture adalah cobalah isi waktu luang dengan menjalani hobi di luar pekerjaan agar hidupmu lebih seimbang. Jangan isi waktu luang dengan bekerja, coba cari hal lain yang menyenangkan misal menonton film, memasak, atau lainnya.

3. Mengetahui Batasan Diri

Agar kamu terhindar dari budaya gila kerja, kamu harus tahu batasan diri dan membuat batasan yang jelas dalam pekerjaan.

Kamu harus tahu kapan badan sudah meminta kamu untuk berhenti bekerja dan istirahat serta tahu juga kapan seharusnya kamu bekerja. Tidak perlu memaksakan diri untuk terus bekerja dan tidak perlu merasa bersalah saat kamu sedang beristirahat.‍

Baca juga: Apa Itu Side Hustle, Bedanya dengan Side Job, Tips Memulainya

Itulah penjelasan tentang apa itu hustle culture yang perlu kamu ketahui. Semoga dengan mengetahui hal ini kamu bisa mengerti bahwa hidup tidak harus diisi dengan bekerja dan bekerja.

Cara lain yang bisa kamu lakukan untuk menghindari hustle culture adalah dengan memilih perusahaan yang tepat.

Jika kamu ingin menemukan perusahaan yang tepat, kamu bisa menemukannya di aplikasi KitaLulus. Di sana ada banyak perusahaan yang menawarkan sistem kerja hybrid di mana kamu bisa kerja dari rumah dan kantor.

Dengan begitu, work life balance bukan lagi hal yang tidak mungkin. Yuk download KitaLulus sekarang dan dapatkan pekerjaan impianmu dengan #LebihMudah!

Bagikan Artikel Ini:
Bagikan Artikel Ini: Share Tweet
To top