Apa Itu Deadweight Loss? Ini Penyebab dan Cara Hitungnya

Shirley Candrawardhani
Redaksi KitaLulus merupakan content writer dan editor profesional yang mengelola konten artikel di KitaLulus.
deadweight loss
Apa Itu Deadweight Loss? Ini Penyebab dan Cara Hitungnya

Pernahkah Anda mendengar istilah deadweight loss? Istilah lain deadweight loss adalah kerugian bobot mati. Kondisi ini terjadi akibat kondisi pasar yang tidak efisien. Dengan kata lain, permintaan dan penawaran tidak seimbang (disequilibrium).

Jika dilihat dari sisi ekonomi, deadweight loss menandakan bahwa kesejahteraan ekonomi masyarakat belum optimal dan belum merata. Biasanya hal ini disebabkan karena banyak hal.

Simak penjelasan lengkap terkait pengertian deadweight loss, penyebab, dan rumus untuk menghitungnya di bawah ini.

Apa Itu Deadweight Loss?

Pengertian deadweight loss adalah fenomena ekonomi di mana menyebabkan terjadinya inefisiensi pasar. Hal tersebut dikarenakan jumlah penawaran dan permintaan tidak seimbang.

Pengertian lain dari deadweight loss adalah mengacu pada hilangnya efisiensi ekonomi ketika pasar berada pada titik disequilibrium.

Deadweight loss bisa diterapkan dalam setiap kekurangan yang diakibatkan oleh alokasi sumber daya yang tidak efisien.

Jika harga suatu produk tidak dicerminkan secara akurat, maka hal ini dapat menyebabkan perubahan perilaku pelanggan dan juga produsen. Biasanya, perubahan ini berdampak negatif terhadap perekonomian.

Ketika barang di pasar dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka terjadilah inefisiensi pasar. Terutama ketika pelanggan merasa harga barang atau jasa di pasar tidak sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Maka mereka cenderung tidak akan membelinya.

Baca juga: Apa Itu Resesi Ekonomi? Ini Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Penyebab Deadweight Loss

Pada dasarnya, penyebab deadweight loss adalah dikarenakan alokasi sumber daya yang tidak efisien yang diciptakan oleh berbagai faktor gangguan. Faktor tersebut terdiri dari empat hal, yaitu:

1. Price Ceiling atau Kenaikan Harga

Price ceiling atau kenaikkan harga merujuk pada harga barang dan/atau jasa maksimum yang ditentukan oleh pemerintah. Biasanya hal ini berkaitan dengan kenaikan harga sewa rumah. Pemilik rumah akan mematok harga tertinggi yang bisa mereka dapatkan.

Namun, jika harga tidak mencerminkan kualitas, maka pelanggan tidak akan melakukan pembelian. Ini pun berlaku pada kontrol sewa. Sehingga pemilik rumah bisa mendapatkan penghasilan yang lebih sedikit.

2. Price Floor atau Harga Dasar

Penyebab berikutnya adalah price floor atau harga dasar. Kebalikan dari price ceiling, pada faktor kali ini pemerintah menetapkan harga terendah dari suatu barang dan/atau jasa.

Hal tersebut biasanya berkaitan dengan upah minimum karyawan. Di mana perusahaan rela membayar lebih karyawan yang telah lama bekerja dan mencegah atau menolak orang-orang berketerampilan rendah untuk mendapatkan pekerjaan.

3. Pasar Monopoli

Pasar monopoli juga bisa menjadi penyebabnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya, deadweight loss terjadi ketika jumlah permintaan dan penawaran tidak seimbang.

Jika ini sudah terjadi, para pelaku usaha di pasar monopoli dan oligopoli dapat mengontrol pasokan untuk sejumlah barang dan/atau jasa tertentu, sehingga menaikkan harganya dengan salah. Hal tersebut akan menyebabkan jumlah penjualan yang rendah.

4. Pajak

Terakhir, ada pajak. Seperti yang diketahui, ketika ingin membeli suatu barang atau jasa, ada sejumlah pajak yang dikenakan oleh pemerintah. Nah, kenaikan harga juga turut menyebabkan kenaikan pajak.

Kenaikan pajak dapat mencegah orang-orang untuk melakukan pembelian. Sehingga terciptalah kerugian bobot mati. Apabila pajak yang dikenakan naik, baik pelanggan maupun produsen akan terkena imbasnya.

Hanya saja dalam hal ini, keuntungan yang didapatkan oleh produsen lebih sedikit karena tidak semua orang mampu membayar untuk harga barang atau jasa yang tinggi.

Baca juga: Apa Itu Deflasi? Ini Penyebab, Dampak, Jenis, Contoh, dan Cara Mengatasinya

Contoh Deadweight Loss

Agar Anda lebih memahami konsep kerugian bobot mati, simak contoh studi kasus di bawah ini.

Misalnya Anda ingin pindah rumah menggunakan jasa angkut barang dari perusahaan B dengan harga sekali angkut mencapai Rp350 ribu. Anda beranggapan harga asli dari jasa tersebut mencapai Rp450 ribu. Makanya Anda bersedia membayar senilai Rp350 ribu.

Kemudian pemerintah mengenakan pajak untuk jasa angkut sebesar 100%. Maka perusahaan B menaikkan harganya menjadi Rp750 ribu untuk sekali angkut. Angka ini agar perusahaan B masih tetap mendapatkan untung setelah penambahan pajak 100%.

Setelah mengetahui harga baru tersebut, Anda merasa harganya terlalu tinggi dan tidak wajar. Sehingga Anda tidak jadi menggunakan jasa angkut barang dari perusahaan B.

Nah, ketika ada banyak orang yang berpikiran seperti Anda, harga Rp750 ribu untuk jasa sekali angkut barang terlalu mahal, maka bisa-bisa jumlah permintaan jasa di perusahaan B menurun.

Hal inilah yang disebut dengan kerugian bobot mati. Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin perusahaan B dapat menutup bisnisnya dan bisa meningkatkan dampak ekonomi negatif dari nilai pajak baru.

Rumus Deadweight Loss

Deadweight loss adalah suatu hal yang dapat dihitung. Adapun rumus deadweight loss yaitu:

DL = ((Pn-Po) x (Qo-Qn)) / 2

Keterangan:

Po: harga asli produk

Pn: harga baru produk (penyesuaian setelah pajak), harga tertinggi atau harga dasar ikut diperhitungkan

Qo: jumlah awal produk yang diminta

Qn: kuantitas produk yang diminta setelah pajak, batas harga atau harga pasar ikut diperhitungkan

Baca juga: Inflasi: Pengertian, Penyebab, Dampak, Jenis, dan Rumus Menghitungnya

Cara Menghitung Deadweight Loss

Nah, untuk mulai menghitung menggunakan rumus deadweight loss di atas, ada beberapa langkah yang harus Anda lakukan, seperti:

1. Menentukan Harga Asli dari Barang atau Jasa

Pastikan Anda sudah mengetahui berapa harga asli dari barang atau jasa yang ingin digunakan. Misalnya seperti contoh deadweight loss sebelumnya, di mana harga jasa yang ditawarkan sebesar Rp350 ribu.

2. Menentukan Harga Baru Barang atau Jasa

Kemudian Anda bisa menentukan harga baru dari barang maupun jasa tersebut. Dari contoh tadi, harga baru yang dikenakan setelah ada penyesuaian pajak adalah Rp750 ribu. Artinya, Anda harus membayar sebesar Rp750 ribu, dibandingkan harga asli yang hanya sebesar Rp350 ribu.

3. Mencari Tahu Kuantitas Pelayanan Awal yang Diminta dengan yang Baru

Langkah ini mengharuskan Anda untuk menentukan berapa banyak jasa angkut barang yang ingin digunakan. Misalnya, Anda sudah menganggarkan biaya untuk sekali angkut sebesar Rp350 ribu.

Namun karena ada penyesuaian harga menjadi Rp750 ribu, Anda tidak lagi ingin memakai jasa tersebut. Sehingga, kuantitas asli adalah satu, dan kuantitas baru adalah nol.

4. Hitung Berapa Kerugian Bobot Matinya

Terakhir, Anda bisa langsung menghitung menggunakan rumus deadweight loss. Berikut cara menghitungnya:

DL = ((Pn-Po) x (Qo-Qn)) / 2

DL = ((Rp750.000 – Rp350.000) x (1 – 0)) / 2

DL = Rp400.000 x 1 / 2

DL = Rp200.000

Jadi, bisa dikatakan besaran kerugian Anda mencapai Rp200 ribu rupiah.

Demikianlah penjelasan terkait pengertian deadweight loss, penyebab, contoh kasus, hingga rumus dan cara menghitungnya. Fenomena kerugian ini tentu akan sangat merugikan para pelaku bisnis.

Maka dari itu, sebagai pengusaha Anda harus mengetahui besaran biaya yang dikeluarkan untuk setiap nilai aset dan investasi perusahaan.

Agar lebih mudah, Anda bisa mempekerjakan seorang staf yang mengerti tentang perhitungan hal tersebut. Anda dapat menaruh info lokernya di KitaLulus.

Cukup dengan mendaftarkan diri Anda untuk pasang iklan lowongan kerja di KitaLulus kemudian dapatkan kandidat terbaik dan berpotensi di bidangnya hanya dalam waktu hitungan hari saja, gratis!

Bagikan Artikel Ini:
Bagikan Artikel Ini: Share Tweet
To top